Studi
kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar
2012:7). Sementara Menurut Umar H (2007:5) Studi kelayakan bisnis
merupakan penelitian sebuah rencana bisnis yang bukan hanya menganalisis
layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan, tetapi juga mengontrol
kegiatan operasional secara rutin dalam rangka pencapaian tujuan serta
keuntungan yang maksimal.
- Pengumpulan data, pengolahan data dan informasi
- Pengolahan data
- Analisis data
- Pengambilan keputusan
- Pemberian rekomendasi
Kriteria
investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya
yang dikeluarkan dari suatu proyek. Untuk mengetahui kriteria tersebut,
digunakan analisis finansial. Analisis finansial adalah suatu analisis
yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah
suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan &
Muhammad 2005). Analisis finansial terdiri dari:
1. Payback Period (Periode Pulang Pokok)
- Rumus Payback Periode :
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
Payback Period = n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun
Penjelasan:
- n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
- a = Jumlah investasi mula-mula
- b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
- c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Payback Period = (investasi awal) / (arus kas) x 1 tahun
- Periode pengembalian lebih cepat : layak
- Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih.
- Kelebihan dan Kelemahan Payback Period
- Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi.
- Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.
- Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya.
- Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.
Kelemahan
- Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai.
- Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).
- Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.
- Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.
2. Benefit / Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C
Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara pendapatan
dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit, sedangkan C
berarti cost. Perhitungan b/c ratio ini dihitung dari tingkat suku
bunga. Dalam batasan besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk
mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan.
- Rumus untuk menghitung b/c ratio adalah :
B/C ratio = Jumlah Pendapatan (B) : Total Biaya Produksi (TC)
Metode ukuran penilaian kelayakan suatu proyek yaitu :
B/C ratio > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan, namun jika B/C ratio < 1 maka usaha tersebut tidak layak atau merugi.
3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value atau sering disingkat dengan NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu. NPV atau Net Present Value ini mengestimasikan nilai sekarang pada suatu proyek, aset ataupun investasi berdasarkan arus kas masuk yang diharapkan pada masa depan dan arus kas keluar yang disesuaikan dengan suku bunga dan harga pembelian awal. Net Pressent Value menggunakan harga pembelian awal dan nilai waktu uang (time value of money) untuk menghitung nilai suatu aset. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPV adalah Nilai Sekarang dari Aset yang dikurangi dengan harga pembelian awal.
NPV atau Net Present Value ini banyak digunakan dalam penganggaran modal untuk menganalisa profitabilitas dari sebuah proyek ataupun proyeksi investasi. Para pemilik modal ataupun manajemen perusahaan dapat menggunakan perhitungan NPV ini untuk mengevaluasi apakah akan berinvestasi atau tidak berinvestasi pada suatu proyek baru ataupun investasi pada pembelian aset baru. Dalam bahasa Indonesia, Net Present Value atau NPV ini disebut juga dengan “Nilai Bersih Sekarang” atau “Nilai Bersih Saat Ini”.
Rumus NPV ini cukup rumit karena menambahkan semua arus kas masa depan dari investasi, mendiskon arus kas tersebut dengan tingkat diskonto dan menguranginya dengan Investasi awal. Persamaan dan Rumus Net Present Value (NPV) ini dapat dilihat dibawah ini :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0
Atau
Penjelasan :
- NPV = Net Present Value (dalam Rupiah)
- Ct = Arus Kas per Tahun pada Periode t
- C0 = Nilai Investasi awal pada tahun ke 0 (dalam Rupiah)
- r = Suku Bunga atau discount Rate (dalam %)
4. Internal Rate of Return (IRR)
- Rumus IRR
Berikut ini adalah rumus IRR
- IRR = Internal Rate of Return
- i1 = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (+)
- i2 = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (-)
- NPV1=Net Present Value yaitu bernilai positif
- NPV2= Net Present Value yaitu bernilai negative
IRR < SOCC, artinya jika usaha atau proyek tersebut tidak layak secara financial.
IRR = SOCC, arinya jika suatu usaha atau proyek tersebut berada di dalam keadaan break point.
IRR > SOCC, artinya suatu usaha atau proyek tersebut layak secara financial.
- Contoh soal NPV
Sebuah
Perusahaan X ingin membeli sebuah mesin produksi untuk meningkatkan
jumlah produksi produknya. Diperkirakan untuk harga mesin tersebut
adalah Rp. 150 juta dengan mengikuti aturan suku bunga pinjaman yakni
sebesar 12% per tahun. Untuk Arus Kas yang masuk pada perusahaan itu
diestimasikan sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun. Apakah
rencana investasi pada pembelian mesin produksi diatas dapat
dilanjutkan?
Jawaban :
Ct = Rp. 50 juta, C0 = Rp. 150 juta, r = 12% (0,12)
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai untuk NPV-nya adalah Rp. 30,24 juta.
Komentar
Posting Komentar