Kelayakan Bisnis


Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2012:7). Sementara Menurut Umar H (2007:5) Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian sebuah rencana bisnis yang bukan hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan, tetapi juga mengontrol kegiatan operasional secara rutin dalam rangka pencapaian tujuan serta keuntungan yang maksimal.

Dari pengertian menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Studi kelayakan bisnis adalah pertimbangan awal yang harus dilakukan sebelum menjalankan usaha, dan untuk mengontrol kegiatan operasional agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu penting untuk itu mengetahui dan mengenal studi kelayakan bisnis: tujuan dan manfaatnya.

Faktor yang membuat studi kelayakan bisnis ini mengalami kesalahan diantaranya data dan informasi yang didapat kurang lengkap, tidak teliti, salah perhitungan pelaksanaan pekerjaan salah, kondisi lingkungan sekitar maupununsur sengaja oleh pembuatnya. Perlu dilakukan beberapa persiapan sebelum menjalankan suatu studi, persiapan tersebut dibagi dalam beberapa tahap, antara lain adalah sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2006):
  • Pengumpulan data, pengolahan data dan informasi
  • Pengolahan data
  • Analisis data
  • Pengambilan keputusan
  • Pemberian rekomendasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Untuk mengetahui kriteria tersebut, digunakan analisis finansial. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan & Muhammad 2005). Analisis finansial terdiri dari:

1. Payback Period (Periode Pulang Pokok)

Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay. Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.

Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.
  • Rumus Payback Periode :
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda

Payback Period = n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun

Penjelasan:
  • n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
  • a = Jumlah investasi mula-mula
  • b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
  • c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama

Payback Period = (investasi awal) / (arus kas) x 1 tahun
  • Periode pengembalian lebih cepat : layak
  • Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih.
  • Kelebihan dan Kelemahan Payback Period
Kelebihan
  1. Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi.
  2. Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.
  3. Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya.
  4. Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.
Kelemahan
  1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai.
  2. Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).
  3. Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.
  4. Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.

2. Benefit / Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara pendapatan dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit, sedangkan C berarti cost. Perhitungan b/c ratio ini dihitung dari tingkat suku bunga. Dalam batasan besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan.
  • Rumus untuk menghitung b/c ratio adalah :
B/C ratio = Jumlah Pendapatan (B) : Total Biaya Produksi (TC)

Metode ukuran penilaian kelayakan suatu proyek yaitu :

B/C ratio > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan, namun jika B/C ratio < 1 maka usaha tersebut tidak layak atau merugi.

3. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau sering disingkat dengan NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu. NPV atau Net Present Value ini mengestimasikan nilai sekarang pada suatu proyek, aset ataupun investasi berdasarkan arus kas masuk yang diharapkan pada masa depan dan arus kas keluar yang disesuaikan dengan suku bunga dan harga pembelian awal. Net Pressent Value menggunakan harga pembelian awal dan nilai waktu uang (time value of money) untuk menghitung nilai suatu aset. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPV adalah Nilai Sekarang dari Aset yang dikurangi dengan harga pembelian awal.

NPV atau Net Present Value ini banyak digunakan dalam penganggaran modal untuk menganalisa profitabilitas dari sebuah proyek ataupun proyeksi investasi. Para pemilik modal ataupun manajemen perusahaan dapat menggunakan perhitungan NPV ini untuk mengevaluasi apakah akan berinvestasi atau tidak berinvestasi pada suatu proyek baru ataupun investasi pada pembelian aset baru. Dalam bahasa Indonesia, Net Present Value atau NPV ini disebut juga dengan “Nilai Bersih Sekarang” atau “Nilai Bersih Saat Ini”.

Rumus NPV ini cukup rumit karena menambahkan semua arus kas masa depan dari investasi, mendiskon arus kas tersebut dengan tingkat diskonto dan menguranginya dengan Investasi awal. Persamaan dan Rumus Net Present Value (NPV) ini dapat dilihat dibawah ini :
  
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0

Atau

Penjelasan :
  • NPV = Net Present Value (dalam Rupiah)
  • Ct = Arus Kas per Tahun pada Periode t
  • C0 = Nilai Investasi awal pada tahun ke 0 (dalam Rupiah)
  • r = Suku Bunga atau discount Rate (dalam %)

4. Internal Rate of Return (IRR)

IRR sendiri adalah sebuah hasil yang sudah diperoleh dari sebuah proposal bisnis yakni diskontol atau pun discount rate yang kemudian menjadi sebuah present value yang berasal dari aliran kas yang masuk atau cash inflow yang merupakan investasi awal. IRR sendiri merupakan singkatan dari Internal Rate of Return. Rumus IRR ini sendiri bisa digunakan untuk membuat suatu peringkat usulan yang berasal dari investasi yakni dengan cara menggunakan tingkat pengembalian atau investasi yang bisa dihitung yakni dengan cara mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilanya sekarang dari irus kas yang berhasil masuk ke dalam proyek yang diharapkan dengan suatu yang memiliki nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang sudah membuat NVP sama dengan nol.
  • Rumus IRR
Sebuah suku bunga IRR akan bisa diperoleh jika NVP = 0 atau maksudnya adalah suku bunga yang bisa diperoleh investasi yang memberikan NVP = 0, dengan syarat utama yakni IRR > dari suku bunga MARR nya. Untuk bisa mendapatkan suatu hasil akhir dari sebuah perhitungan IRR maka anda harus mencari nilai dari discount rate yang akan menghasilkan NVP positif terlebih dahulu lalu kita akan mencari discount rate yang akan menghasilkan NVP negative.

Berikut ini adalah rumus IRR


Penjelasan :
  • IRR = Internal Rate of Return
  • i1 = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (+)
  • i2 = Tingkat Diskonto yang akan  menghasilkan NPV bernilai (-)
  • NPV1=Net Present Value yaitu bernilai positif
  • NPV2= Net Present Value yaitu bernilai negative
IRR mempunyai tiga buah nilai dimana pada masing – masing nilai tersebut mempunyai makna tersendiri terhadap suatu kriteria investasi, berikut ini lebih penjelasan lebih lengkapnya.

IRR < SOCC, artinya jika usaha atau proyek tersebut tidak layak secara financial.
IRR = SOCC, arinya jika suatu usaha atau proyek tersebut berada di dalam keadaan break point.
IRR > SOCC, artinya suatu usaha atau proyek tersebut layak secara financial.

  • Contoh soal NPV
Sebuah Perusahaan X ingin membeli sebuah mesin produksi untuk meningkatkan jumlah produksi produknya. Diperkirakan untuk harga mesin tersebut adalah Rp. 150 juta dengan mengikuti aturan suku bunga pinjaman yakni sebesar 12% per tahun. Untuk Arus Kas yang masuk pada perusahaan itu diestimasikan sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun. Apakah rencana investasi pada pembelian mesin produksi diatas dapat dilanjutkan?

Jawaban :

Ct = Rp. 50 juta, C0 = Rp. 150 juta, r = 12% (0,12)

NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24

Jadi nilai untuk NPV-nya adalah Rp. 30,24 juta.





Komentar

Follow me on social media :

Facebook  Twitter  Instagram LinkedIn